Cari Blog Ini

Minggu, 23 Januari 2011

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK-ANAK

Tuberkulosis (TB Paru) adalah suatu penyakit menular, yang disebabkan oleh bakteri Mycobterium tuberculosis. Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia, oleh karena mordibitas dan mortalitasnya masih tinggi, terutama pada negara yang sedang berkembang. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa TB saat ini telah menjadi ancaman global. Mycobakterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Menurut WHO (1996) sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan jumlah kematian 3 juta orang pertahun. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 583.000 dan jumlah kematian sekitar 140.000 orang pertahun (Depkes RI, 2008).
Tuberkulosis anak merupakan faktor penting di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia karena jumlah anak usia dibawah 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi, infeksi TB pada anak merupakan cikal  bakal (reservoir) untuk berkembangya penyakit TB pada dewasa  (Aditama, 1994).                                                         
Jumlah penderita TB anak yang cukup tinggi terkait dengan faktor resiko yang memudahkan seorang anak terinfeksi TB, diantaranya usia anak kurang dari 5 tahun, status gizi, statusi  imunisasi BCG, pengetahuan orangtua tentang TB serta kontak dekat dengan penderita TB dewasa. Usia anak di bawah 5 tahun merupakan usia yang paling umum terinfeksi TB dibandingkan dengan usia 5-14 tahun, hal tersebut dibuktikan dengan tingginya angka kejadian TB pada usia 0-6 tahun (Depkes RI, 2006).
Tuberkulosis paru mudah menular dari penderita TB dewasa kepada anak-anak. Penularan TB melalui udara dengan inhalasi  droplet nucleus yang mengandung basil tuberkulosis yang infeksius. Bayi dan anak yang kontak serumah dengan penderita TB dewasa merupakan resiko tinggi terinfeksi TB. (Gusti, 2006).
Menurut WHO (1997), pencetus infeksi TB anak yang berat adalah lemahnya daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang lemah dapat disebabkan karena status gizi yang buruk dari penderita. Kebijakan pemberian BCG disesuaikan dengan prevalensi TB di suatu negara. Di Indonesia TB merupakan masalah kesehatan utama sehingga imunisasi BCG masih perlu dilaksanakan sebagai usaha untuk mencegah tuberkulosis (Embran, 1999;Young, 2005).
Kurangnya pengetahuan orangtua tentang masalah TB paru juga merupakan faktor resiko tertularnya TB  paru pada anak. Orangtua sebagai sosok yang paling dekat dengan anak seyogyanya menjaga anak-anaknya dari risiko TB paru dengan cara mengawasi anak-anak agar tidak kontak dengan penderita TB paru dewasa terutama jika terdapat anggota keluarga yang menderita TB, selalu menjaga higienitas anak serta selalu memberikan makanan yang bergizi. Kurangnya penyuluhan TB terhadap orangtua dapat menyebabkan orangtua tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang TB paru dan menyebabkan mudahnya anak tertular TB.  (Kumar, 2006).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar