Cari Blog Ini

Minggu, 23 Januari 2011

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG ASI EKSKLUSIF

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian air susu ibu secara eksklusif adalah bayi hanya diberi air susu ibu saja tanpa tanpa tambahan makanan padat dan cair. Makanan yang paling ideal untuk bayi adalah air susu ibu, namun demikian karena beberapa hal bayi tidak dapat memperoleh air susu ibu karena beberapa alasan seperti kesehatan ibu, bekerja diluar rumah. Untuk menggantikan air susu ibu pada bayi diberikan Pengganti Air Susu Ibu (PASI), tapi pemberian PASI yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi misalnya pemberian susu buatan yang terlalu encer dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan bayi dan akan terjadi kegemukan bila susu buatan diberikan terlalu kental. Pemberian air susu ibu eksklusif sampai dengan  umur dibawah 6 bulan baru mencapai 52% dari target yang hendak dicapai oleh pemerintah pada tahun 2010 yaitu sebesar 90% ibu menyusui bayinya secara eksklusif (DepKes RI, 2006).
Air susu ibu juga merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu air susu ibu mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80 % dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama 6 bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik dapat menghasilkan air susu ibu cukup tanpa makanan tambahan selam 3 bulan pertama. Air susu ibu sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu menyusui melupakan keuntungan menyusui  (Soetjiningsih, 2002).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7 % bayi yang memperoleh ASI pada pertama. Sedangkan pemberian ASI pada umur kurang dari 2 bulan sebesar 64 % antara 2-3 bulan 45,5 % antara 4-5 bulan 13,9 % dan antara 6-7 bulan 7,8 %. Sementara itu cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8 % menjadi 32,4 % pada tahun 2002 (DepKes RI, 2006).
Pemberian makanan selain air susu ibu pada umur 0 – 6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain air susu ibu. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima makanan selain air susu ibu akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal. Tanda bahwa air susu ibu eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai dengan grafik pada kartu menuju sehat KMS (Utami Roesli, 2004).
Rendahnya angka pemberian Asi eksklusif termasuk pemberian kolostrum dan tingginya pemberian makanan tambahan pada bayi berumur 6 bulan menimbulkan dampak buruk terhadap bayi. Dilihat dari kebutuhan gizi, kematangan fisiologis dan kemampuan imunologis dapat mengganggu dan beresiko terhadap bayi seperti mudah terkena infeksi dan penyakit lain, alergi, gangguan gizi, serta meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Bayi dengan susu formula kemungkinan dirawat di rumah sakit karena infeksi bakteri 4 kali lebih sering dibanding bayi yang diberi Asi eksklusif. Bayi yang tidak di beri air susu ibu eksklusif juga lebih sering menderita penyakit muntaber, kurang gizi dan busung lapar (Utami Roesli, 2004).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar